Sabtu, 13 Desember 2014

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pemanfaatan Media Audio Visual



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk Allah Swt, telah dikarunia Allah Swt kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah, agar dengannya manusia mampu mempertahankan hidup serta memajukan kesejahteraannya. Kemampuan dasar manusia tersebut dalam sepanjang sejarah pertumbuhannya merupakan modal dasar untuk mengembangkan kehidupannya di segala bidang. Sarana utama yang dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia tidak lain adalah pendidikan.
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003  pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1

Ngalim Purwanto mengatakan dalam bukunya “ pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat”.2
        1
 
Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi kehidupan manusia, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang baik pula. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di Indonesia serta menumbuhkan suatu sistem  pembelajaran yang berkualitas, maka sistem pembelajaran tersebut harus menuju pada proses belajar yang kompetitif dan mandiri, karena salah satu tujuan utama pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, membuat keputusan rasional tentang apa yang diperbuat atau apa yang diyakini.
Konsep lebih lanjut Redja Mudyahardjo menyatakan bahwa Pendidikan dimaknai sebagai pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat. Dalam definisi luas, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan, segala situasi hidup dan sepanjang hidup, yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Sedangkan dalam definisi sempit pendidikan adalah sekolah, pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal”.3

Pendidikan adalah pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka.
Karena pada kenyataannya, seorang anak atau peserta didik nantinya akan berhubungan dan berkontribusi untuk masyarakat. Hal ini merupakan bagian dari tugas sosial individu.
Ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata oikonomia, kata ini berasal dari kata oikos dan nomos, oikos berarti rumah tangga dan nomos berarti terlaksana atau pengaturan, jadi ekonomi mengandung arti tentang hubungan manusia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia merupakan makhluk ekonomi, sehingga selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Umasih bahwa “Manusia adalah makhluk ekonomi (homo economicus) yang selalu bertindak dengan penuh perhitungan dan berusaha mencari keuntungan bagi dirinya”.4
Rohandi Abdul Fatah mengatakan bahwa “Salah satu ciri manusia modern ialah senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya manusia tersebut menempatkan ilmu pengetahuan dan teknologi pada posisi yang diperlukan dalam kehidupan”.5  
Sebab dengan ilmu dan teknologi yang tinggi manusia akan terangkat derajat kehidupannya, baik kehidupan agama, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Manusia yang mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi akan diangkat derajatnya oleh Allah sejajar dengan orang-orang yang mempunyai keimanan yang mantap, tangguh dan kuat.
Dahulu mungkin kita berpikir bahwa kegiatan belajar mengajar harus dalam ruang kelas. Dengan kondisi dimana guru atau dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis materi pelajaran di papan tulis. Beberapa puluh tahun yang lalu pun telah dikenal pendidikan jarak jauh. Walaupun dengan mekanisme yang boleh dikatakan cukup sederhana untuk ukuran sekarang, tetapi pada saat itu metode tersebut sudah dapat membantu orang –orang yang butuh belajar atau mengenyam pendidikan tanpa terhalang kendala geografis. Memang kita akui sejak ditemukannya teknologi internet hampir segalanya menjadi mungkin. Kini kita belajar tak hanya dimana saja tetapi sekaligus kapan saja dengan fasilitas yang serba ada.
Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang diajarkan secara konvensional (ceramah, diskusi) di sekolah-sekolah baik di tingkat dasar maupun sekolah lanjutan dirasakan kurang menarik perhatian siswa, begitu pula oleh kurang variatifnya metode-metode pembelajaran yang disampaikan guru kepada siswanya sehingga hal tersebut menyebabkan kurangnya minat siswa untuk memperhatikan, menyimak dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Metode pembelajaran IPS yang ada selama ini lebih bersifat kognitif, sedangkan asfek afektif dan psikomotorik terabaikan, akibatnya pembelajaran IPS tidak memberikan pengaruh yang positif dan signifikan dalam proses pembentukan jati diri siswa setelah mendapatkan pembelajaran pendidikan IPS di sekolah.
Selama ini pembelajaran IPS di sekolah masih menggunakan metode konvensional saja, belum menggunakan metode yang lain seperti media audio visual, oleh sebab itu dengan adanya media audio visual dalam dunia pendidikan khususnya dalam pendidikan IPS diharapkan dapat merubah paradigma berfikir, menstimulus keingintahuan dan minat siswa untuk lebih untuk mengeksplorasi lebih dalam ilmu pengetahuan sosial menjadi satu kebutuhan baik jasmaniah maupun rohaniah siswa.
Di bawah ini akan dipaparkan sekelumit uraian tentang media audio visual sebagai media pembelajaran IPS sebagai satu alternative dari sekian banyaknya media pembelajaran yang dapat digunakan pada mata pelajaran IPS, sehingga guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPS mempunyai banyak alternative dalam mengajarkan IPS.
Media adalah sarana untuk mendekatkan siswa dengan sumber belajar melalui penggunaan metode yang relevan. Dalam rangka mengembangkan aspek social siswa maka media pembelajaran IPS menjadi suatu hal yang mutlak digunakan dalam setiap pembelajaran.
Terdapat beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS yaitu:
1.    Media gambar, berupa foto obyek, sketsa gambar, peta dan denah yang berhubungan dengan materi pembelajaran IPS.
2.    Media multimedia yang menampilkan suara dan gambar bergerak yang berhubungan dengan pembelajaran IPS.
3.    Media konkrit yaitu suasana lingkungan sosial yang nyata yang berhubungan dengan pembelajaran IPS.
Secara efektivitas media audio visual sangat baik digunakan dalam pembelajaran IPS. Akan tetapi secara prinsip berpotensi menjauhkan siswa dari aspek hakekat hidupnya sebagai makhluk sosial. Secara nyata makhluk sosial adalah makhluk yang dapat berinteraksi dengan jenisnya secara langsung. Dengan hadirnya media audio visual seolah terjadi pembatasan.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam pembelajaran IPS hendaknya guru berusaha menyeimbangkan penggunaan media audio visual yang bersifat instan dengan media social lainnya yang konkrit. Sehingga siswa dapat mengembangkan aspek EQ dengan baik yang manfaatnya kelak akan berguna bagi siswa dalam kegiatan bersosialisasi di masyarakat. Sebab dengan bersosialisasi mereka akan tahu apa sesungguhnya makna hidup. Karena hidup bukan hanya dalam rangka memenuhi kebutuhan materi akan tetapi mendapat pengakuan sosial berupa aktualisasi diri sebagai suatu kebutuhan manusia yang paling tinggi.
Siswa sebagai bagian dari kapasitasnya sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk Tuhan. Pengembangan media pembelajaran IPS hendaknya sedapat mungkin mempertimbangkan hal-hal tersebut.
Wina Sanjaya mengatakan bahwa:
“Media pembelajaran IPS dapat dibedakan atas media gambar, media multimediadan media konkrit. Penggunaan media multi media memiliki keunggulan secara teknis  jika dipandang dari kemampuannya untuk mengolah data dan menampilkan gambar. Sehingga menyebabkan ketertarikan para guru untuk menggunakan media multimedia karena fungsinya yang sangat banyak”.6

Sungguh sangat menjengkelkan, ketika guru mengajar mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, banyak siswa yang tidak memperhatikan, banyak siswa yang mengobrol, membaca buku atau bahkan ada yang mengantuk. Guru berusaha mengingatkan siswanya untuk memperhatikan penjelasannya, akan tetapi hanya sebentar saja siswa mau memperhatikan, setelah itu siswa kembali pada aktivitasnya semula, yaitu mengobrol, membaca dan mengantuk.
Merasakan situasi yang demikian guru benar-benar merasa jengkel, ia merasa tidak nyaman, merasa disepelekan oleh siswa. Dan perasaan jengkel itu semakin menjadi jadi ketika banyak siswa yang tidak dapat mengerjakan soal yang diberikan guru, maka ketika jam pelajaran usai guru seakan-akan keluar dari mimpi buruk yang menegangkan, sampai di rumah peristiwa itu terus menerus membayanginya. Ia mencoba merenung dan berfikir apa yang telah terjadi dikelasnya.
Melihat hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk menemukan sebuah alternatif pemecahan masalah dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul:  Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pemanfaatan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IV MI.Al-Ukhuwwah Slipi Jakarta Barat
B.       Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1.      Hasil belajar siswa yang masih rendah.
2.      Proses pembelajaran yang kurang melibatkan keaktifan siswa.
3.      Model pembelajaran masih monoton dan cenderung satu arah.
4.      Penggunaan strategi pembelajaran yang kurang efektif.
5.      Suasana kelas yang kurang kondusif selama proses pembelajaran.
6.      Rendahnya perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
Fokus penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar IPS melalui pemanfaatan media audio visual
C.      Pembatasan Fokus Penelitian
Karena terlalu banyak masalah yang ditemukan dan untuk memungkinkan pengolahan data yang lebih baik di dalam penulisan, maka;
1.      Metode pembelajaran pada penelitian ini dibatasi pada penggunaan media audio visual.
2.      Hasil belajar pada yang diukur adalah aspek kognitif.
3.      Konsep yang digunakan adalah konsep aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya.
4.      Siswa Madrasah Ibtidaiyah ....................... dibatasi pada kelas IV Tahun Pelajaran .......................
D.      Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya. ?
E.       Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial pada konsep sumber daya alam dengan menggunakan metode audio visual siswa kelas IV MI. ................
F.       Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1.      Bagi guru bermanfaat sebagai bahan masukan dalam menjalankan proses pembelajaran di sekolah.
2.      Bagi siswa, dengan penelitian ini diharapkan hasil belajar siswa di kelas meningkat.
3.      Bagi pembaca, skripsi ini diharapkan menjadi sumber inspirasi dan masukan yang berarti dalam dunia pendidikan.
4.      Bagi peneliti bermanfaat sebagai masukan pengetahuan dan dapat membandingkan dengan teori pembelajaran yang lain dan menerapkannya dalam pelaksanaan pembelajaran di madrasah  ibtidaiyah.


BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN
KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A.    Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1.        Hakikat Hasil Belajar
a.    Pengertian Belajar
Oemar Hamalik berpendapat bahwa “belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan”.[1] Menurut Pribadi, “belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan”.[2] Melalui proses belajar seseorang akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melakukan sebuah tugas dan pekerjaan. Smith dan Ragan dalam Pribadi memaknai konsep belajar “sebagai perubahan yang bersifat relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang di akibatkan oleh pengalaman”.[3] Menurut Gagne, “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.[4]
Definisi belajar menurut Gagne “merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan  dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar”.[5]
Belajar menurut B.F Skinner dalam Faturahman, dkk., “merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif, dan dalam belajar ditemukan hal-hal sebagai berikut:”[6]
1)    Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar,
2)    Respons peserta didik
3)   Konsekuensi yang bersifat menggunakan respons tersebut, baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku seseorang yang didasarkan oleh pengalaman dan pengetahuan. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mecapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.
Menurut Faturahman, dkk. ada berbagai prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan yaitu: Belajar terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercise yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.7
        Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku yaitu motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error, transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang bersifat individual.
Menurut pandangan para ahli psikologi kognitif, sesuatu yang penting tidak dapat ditemukan dari konsepsi operant conditioning ini, yaitu apa sebenarnya yang terjadi.
Semua pendekatan belajar sepertinya tidak peduli pada persepsi siwa atau insight dan kognisi dari hubungan hubungan esensial antara unsur-unsur dalam situasi ini.
b.    Pengertian Hasil Belajar
Menurut Suprijono, hasil belajar adalah “perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif."8 Selanjutnya, menurut pendapat Syaiful Bahri, mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, yang diperoleh dari suatu proses usaha individu dalam interaksi dengan lingkungannya.”9
Merujuk pada pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu acuan dari perubahan perilaku seorang peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar karena memberikan informasi terhadap guru tentang kemajuan siswa untuk mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya, informasi tersebut guru dapat menyusun dan menentukkan langkah-langkah pembelajaran atau kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, agar siswa bisa lebih memahami keseluruhan materi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Horward Kingsley “membagi tiga macam hasil belajar yaitu: a)  Keterampilan dan kebiasaan; b) Pengetahuan dan pengertian; c) Sikap dan cita-cita, masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.”10
Menurut Oemar Hamalik menjelaskan bahwa hasil belajar adalah “apabila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan tidaaaak mengerti menjadi mengerti.”11
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Dan merujuk pada pemikiran Gagne dalam Djamarah, yang mengungkap-kan bahwa hasil belajar berupa hal-hal:
1)   Informasi verbal yaitu kapasitas mengungkapkan penge-tahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik pula. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2)   Keterampilan intelektual yaitu kemampuan memperentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi kemampuan analitis sintesis fakta, konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip ilmiah. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif yang bersifat khas.
3)   Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan meng-arahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4)   Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serang-kaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5)   Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasar-kan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai, dan dapat menjadi-kan nilai-nilai tersebut sebagai standar nilai.12

c.    Indikator Hasil Belajar
Hasil belajar sangat berkaitan dengan proses belajar mengajar. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan dalam belajar siswa dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa.
Menurut Taksonomi Bloom dalam Nana Sudjana, hasil belajar mencakup pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dan berdasarkan taksonomi bloom hasil belajar dalam rangka studi yang dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain:
  
1)      Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2)      Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3)      Ranah Psikomotor
Berkenaan  dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yaitu (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e)  gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. 13
Dalam hal ini hasil belajar kognitif lebih dominan diban-dingkan dengan afektif dan psikomotor. Namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara kese-luruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
 Bloom dan Krathwohl dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives menyatakan bahwa: domain kognitif mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan (recall), pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan, dan minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan manipulasi dan kemampuan gerak (motor). Ketiga ranah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 14
Tabel 2.1 Domain Taksonomi Bloom
Domain
Keterangan
a. Klasifikasi tujuan kognitif  (Bloom, 1956)
1. Ingatan/recall
Mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat keterangan dengan benar.
2. Pemahaman
Mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupakan tingkat berpikir yang rendah.
3. Penerapan
Mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan, prinsip.

4. Analisis
Mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.
5. Sintesis
Mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif.
6. Evaluasi
Mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat hasil belajar tertinggi dalam domain kognitif.
b. Klasifikasi tujuan afektif (Krathwohl, 1964)
1. Penerimaan
Mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memberikan respons terhadap stimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.

2. Pemberian respons
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi tersangkut secara aktif, menjadi peserta, dan tertarik.
3. Penilaian
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menitikberatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap” dan “apresiasi”.
4. Pengorganisasian
Mengacu kepada penyatuan nilai.
5. Karakterisasi
Mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang. Tujuan dalam kategori ini bisa ada hubungannya dengan ketentuan pribadi, sosial, dan emosi siswa.
c. Klasifikasi tujuan psikomotorik (Dave, 1970)
1. Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
3. Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di antara gerakan-gerakan yang berbeda.


5. Pengalamiahan
Menuntut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.
Sumber: Uzer Usman (2009:34-37)
Salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin Anderson merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, pada kategori dari kata benda menjadi kata kerja. Masing-masing kategori masih diurutkan secara hierarkis, dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja.
Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak ada perubahan jumlahnya karena Lorin memasukkan kategori baru yaitu creating (mencipta) yang sebelumnya tidak ada.
Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif
Revisi Taksonomi Bloom
Kategori-kategori
Proses-proses Kognitif

Nama-nama Alternatif
1. Mengingat
Mencari dan menemukan pengetahuan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali ulang

Mengidentifikasi

1.2 Mengingat ulang
Mencari-temu

2. Memahami
Mengkonstruksi makna dari pesan-pesan instruksional, mencakup komunikasi lisan, tertulis, dan grafis
2.1 Menginterpretasi
(Menafsir)
Klarifikasi, paraphrasing, menyajikan-ulang, translasi
2.2 Mengeksemplifikasi
(Menyontohkan)
Mengilustrasikan, mencontohkan
2.3 Mengklasifikasi
Kategorisasi, subsuming
2.4 Summarizing (Mengikhtisarkan)
Mengabstraksi, generalisasi
2.5 Menyimpulkan
Menyimpulkan, mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi
2.6 Membandingkan
Mengkontraskan, memetakan, memadankan
2.7 Menjelaskan, mengekplanasi
Mengkonstruksi model-model
3. Mengaplikasi/ Menerapkan
Melaksanakan atau menggunakan sebuah prosedur dalam sebuah situasi yang ada
3.1 Mengeksekusi

Melaksanakan
3.2 Mengimplementasi-kan
Menggunakan
4. Menganalisis
Menguraikan material menjadi bagian-bagian pembentuknya dan menentukan bagaimana bagian-bagian ini saling berkaitan dan dengan
struktur totalnya atau tujuannya
4.1 Membedakan

Diskriminasi, membedakan, memfokuskan, memilih
4.2 Mengorganisasi

Menemukan koherensi, mengintegrasikan, menyusun kerangka, parsing, menstrukturkan
4.3 Mengatribusi
Mendekonstruksi
5. Mengevaluasi
Membuat judgement didasarkan atas kriteria dan standar
5.1 Mengecek

Mengkoordinasi, mendeteksi memantau, mentes,
5.2 Mengkritik
Men-judge
6. Mengkreasi
Menyusun unsur-unsur secara bersamaan untuk membentuk sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional; mereorganisasi unsurunsur
menjadi sebuah pola atau struktur baru
6.1 Generate (Memunculkan)

Menghipotesiskan
6.2 Merencanakan

Mendisain
6.3 Memproduksi

Mengkontruksi



d.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Djamarah untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk “perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan dari luar individu.”15 Proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktivitas belajar yang telah dilakukan. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Selanjutnya, Djamarah menguraikan berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar:
1)    Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik, selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Berikut uraian mengenai faktor lingkungan:
a)    Lingkungan alami
Lingkungan hidup merupakan lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha ada didalamnya. Keadaan lingkungan yang tidak baik akan membuat tingkat konsentrasi siswa menjadi lebih baik.
b)   Lingkungan sosial budaya
Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuh-kan akan melahirkan interaksi sosial. Saling memberi dan saling menerima merupakan kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan sosial.
2)    Faktor Instrumental
Dalam rangka menunjang kegiatan sekolah untuk mencapai tujuan tertentu saja diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai berbagai bentuk dan jenisnya16 , misalnya saja:
a)    Kurikulum
Kurikulum merupakan a plan for learning yang menjadi unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang akan guru sampai-kan dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, kurikulum diakui dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik di sekolah.
b)   Program
Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pengajaran yang dibuat tidak hanya berguna bagi guru, tetapi juga bagi anak didik.
c)    Sarana dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Salah satu persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah kepemilikan gedung sekolah yang didalamnya terdapat ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium, dan halaman sekolah yang memadai, hal tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik.
Selain masalah sarana, fasilitas juga merupakan kelengkapan sekolah yang harus diperhatikan. Misalnya saja, fasilitas mengajar yang merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus dimiliki oleh sekolah. Anak didik dapat belajar dengan lebih baik dan menyenangkan bila sekolah dapat memenuhi segala kebutuhan belajar anak. didik dan hasil belajar anak didik tentu akan lebih baik.
d)   Guru
Sebagai tenaga profesional yang sangat menentu-kan jatuh bangunnya suatu bangsa dan negara, guru seharusnya menyadari bahwa tugas mereka sangat berat. Di dalam sekolah, kompetensi personal akan menentukan simpatik tidaknya guru dalam pandangan anak didik.
3)    Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Sebagian besar yang dipelajari anak didik yang belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya. Tinjauan fisiologis adalah kebijakan yang pasti tak bisa diabaikan dalam penentuan besar kecilnya, tinggi rendahnya kursi dan meja sebagai perangkat tempat duduk anak didik dalam menerima pelajaran dari guru di kelas.
4)    Faktor Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar siswa. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Berikut beberapa faktor psikologis:
a)    Minat
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminatinya.


b)   Kecerdasan
Kecerdasan merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar di sekolah.
c)    Bakat
Disamping intelegensi (kecerdasan), bakat meru-pakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu.
d)   Motivasi
Motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.
e)    Kemampuan kognitif
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk memilih dan menggunakan metode pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2.        Media Audio Visual
a.    Pengertian Media
Kata Media di ambil dari bahasa latin yaitu Medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Association for educational communication and technology (AECT) suatu organisasi yang bergerak dalam bidang komunikasi pembelajaran mendefinisikan bahwa "media adalah segala bentuk yang di gunaka untuk menyalurkan informasi”. 17
Sedangkan yang disebut media menurut istilah ada beberapa pendapat menurut para ahli yaitu:
1.       Gagne menyatakan bahwa, media adalah “berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.”18
2.      Gerlach dan Ely menyatakan bahwa media adalah “apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.”19
3.      Ahmad Rohani menyatakan bahwa media adalah “segala sesuatu yang dapat diindera yang berfungsi sebagai perantara, sarana, alat untuk proses komunikasi.”20
4.      Media merupakan “sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemampuan audien sehingga dapat mendorong proses belajar pada dirinya.”21
Beberapa definisi media diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan pesan agar lebih bisa dipahami dan membangkitkan motivasi dan minat belajar.
b.   Pengertian Media Audio Visual
Media atau alat-alat audio visual adalah alat-alat audible artinya dapat didengar dan alat-alat visible artinya dapat dilihat. Alat-alat audio visual gunanya untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “media adalah alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk.”22
Media audio visual merupakan bentuk media pengajaran yang terjangkau.”23

Teknologi audio-visual merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan meteri dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. pengajaran melalui media audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar seperti: televisi, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.24
Morgan menyebutkan “fektifitas pengajaran orang dewasa seperti yang disebut dalam prinsip pendidikan orang dewasa tergantung pada pengertian yang jelas.”25

Tulisan dan ucapan sangat bermanfaat dalam situasi belajar pada umumnya, tetapi ada beberapa konsep yang tidak dapat disampaikan sejelas atau selengkap jika menggunakan alat bantu audio visual.
Sementara itu, menurut Bruner (1966) ada tingkatan utama modus belajar, “yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictoral atau gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic), pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata  simpul dipahami dengan langsung membuat simpul. Pada tahapan kedua kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat simpul mereka dapat memahami dan mempelajarinya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simpul, siswa membaca atau mendengar kata simpul dan mencocokkannya dengan simpul pada gambar dengan pengalamannya membuat simpul.”26

Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan atau sikap) yang baru.
Sangat mengherankan bahwa begitu banyak usaha untuk meneliti perbedaan cara audio dengan cara visual,  sedangkan  sedikit   sekali   tentang perbedaan antara ceramah guru dengan hidup (langsung) dengan cara guru yang sama melalui perekaman. Popham (1962) tidak menemukan perbedaan antara kedua cara tersebut, dengan memakai siswa sebagai subjek. Hal yang sama ditemukan pula oleh Menne dkk, (1969) yang menggarisbawahi kebebasan fleksibilitas yang ditemukan pada ceramah yang direkam, baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa.
 Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam dua kategori, “yaitu:
1)    Audio visual diam yaitu: media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti: film bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak suara.
2)    Audio visual gerak yaitu: media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti: film suara dan video cassette, televisi, OHP, dan komputer.”27
             Dimasa lampau, diskusi tentang alat bantu audio visual lebih condong didominasi oleh apa yang disebut Dwyer (1967) sebagai teorirealisme. Pendekatan ini berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan audio visual yang mendekati realitas. Dengan kata lain, dalam memilih alat bantu, obyek-obyek  sebenarnya lebih disukai dari gambar, gambar foto lebih disukai dari gambar garis sederhana atau sketsa. Miller mengemukakan lebih banyak sifat bahan audio visual yang menyerupai realitas, makin mudah terjadi belajar. 28
 Seperti yang dikatakan Bruner dan Traver realisme tidak menjamin bahwa informasi yang berguna dapat dipersepsi atau dirasakan, dipelajari dan diingat. Ini berarti bahwa suatu gambar garis yang sederhana lebih baik dari sebuah obyek sebenarnya dari karyawisata.
 Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang ada.

c.    Kriteria  Media Audio Visual
Dalam pengelompokan audio visual dapat dibagi menjadi dua kategori yang dapat membedakannya, antara lain:
1.  Media opsional atau media pengayaan. Bahannya dapat dipilih guru sesuai kehendaknya sendiri, dengan syarat cukup waktu dan biaya.
2.  Media yang diperlukan atau yang harus digunakan. Media macam ini harus digunakan guru untuk membantu siswa melaksanakan atau mencapai tujuan-tujuan belajar dari tugas yang diberikan. Untuk itu diperlukan biaya dan waktu.
Adapun ciri-ciri utama media audio visual adalah sebagai berikut:
a.       Merekabiasanya bersifat linear
b.      Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.
c.       Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang atau pembuatnya.       
d.      Mereka merupakan repsentasi fisik dari gagasan real dan abstrak.
e.       Mereka dikembangkan  menurut  prinsip  psikologi  behaviorisme  dan
      kognitif.
f.       Umumnya mereka berorentasi kepada  guru  dengan  tingkat  pelibatan  
                  interaktif murid yang rendah.29

Untuk menggunakan media audio visual seperti yang ada sekarang masih banyak hambatannya bagi kita di Indonesia ini. Sebabnya diantara alat-alat audio visual yang modern, ada yang memerlukan alat khusus seperti proyektor yang pada gilirannya memerlukan aliran listrik. Alat-alat audio visual dapat menyampaikan pengertian atau informasi dengan cara yang lebih konkrit atau lebih nyata daripada ditulis. Oleh karena itu alat- alat audio visual membuat suatu pengertian atau informasi menjadi lebih berarti. Kita lebih mudah dan lebih cepat belajar dengan melihat alat-alat sensori seperti gambar, bagan, contoh barang atau model. Dengan melihat dan sekaligus mendengar, orang yang menerima pelajaran, penerangan atau penyuluhan dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti tentang apa yang dimaksud oleh yang memberi pelajaran, penerangan atau penyuluhan. 30

Bahan audio visual bisa membantu belajar dengan beberapa cara. Tapi ditinjau dari sudut penggunaanya di dalam kelas, bahan audio visual bisa diklafikasikan dalam kelompok besar:
1. Media kriteria. Ini terdiri dari gambar-gambar, peta-peta, dan obyek-obyek sebenarnya, yang akan digambarkan atau diidentifikasikan oleh siswa untuk dapat menunjukkan bahwa ia telah menguasai bahannya. Dengan kata lain media ini merupakan bagian dari krteria.
2. Media perantara. Ini terdiri dari alat bantu yang bukan merupakan bagian dari situasi kriteria. Dengan kata lain siswa tidak dituntut untuk menggambarkan atau mengidentifikasikannya. Fungsi satu-satunya adalah untuk membantu siswa untuk mendapatkan pengertian tentang suatu gejala atau kejadian. 31


d.   Jenis-jenis Media Audio Visual
Ada beberapa jenis media yang dapat dikelompokkan dalam media audio-visual, antara lain:
1.  Televisi
Televisi sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar  hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara kedalam gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali kedalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar. Dengan demikian, ada dua jenis pengiriman (penyiaran) gambar dan suara yaitu penyiaran langsung kejadian atau peristiwa yang kita saksikan sementara ia terjadi dan penyiaran progam yang telah direkam diatas pita film atau pita video. Televisi pendidikan dapat menjadi alat yang baik bagi penyuluh. Televisi intruksional berbeda dari televisi penyiaran, yaitu dalam hal materinya yang tidak didesain untuk didistribusikan oleh stasiun penyiaran massa.
Menurut Gopper, menggunakan pelajaran melalui televisi untuk mengajarkan pelajaran di sekolah dengan maksud menunjukkan bahwa tujuan-tujuan tingkat rendah dapat dicapai dengan cara televisi yang konvensional. Sedangkan tujuan tingkat lebih tinggi dapat dicapai apabila progam televisi mengandung situasi yang memungkinkan siswa untuk secara aktf memberikan respon terhadap progam tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar melalui  progam televisi untuk berbagai mata pelajaran dapat menguasai mata pelajaran tersebut sama seperti mereka yang mempelajarinya melalui tahap muka dengan guru kelas.
2.  Proyektor Transparasi (OHP
Overhead projektor “adalah alat audio visual yang sangat sering digunakan dalam berbagai progam pendidikan orang dewasa.” 32
Beberapa pendidik merencanakan seluruh progam pengajaran mereka dengan menggunakan transparansi atau overhead projector. Overhead projector sebaiknya tidak dianggap sebagai pengganti papan tulis atau media yang lain, tetapi sebagai pelengkap saja.
Transparansi yang diproyeksikan adalah visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya pada lembaran bahan tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor. Kemampuan proyektor memperbesar gambar membuat media ini berguna untuk menyajikan informasi pada kelompok yang besar dan pada semua jenjang. OHP dirancang untuk dapat digunakan di depan kelas sehingga guru dapat selalu berhadapan atau menatap langsung dengan siswanya.
Menurut Chance (1960) membandingkan pemakaian papan tulis dengan OHP dalam mengajarkan gambar-gambar tehnik. Hasilnya, lebih baik dengan OHP. Waktu pelaksanaan dikurangi 20%, yang berarti bahwa lebih banyak waktu dapat di gunakan untuk menjawab
pertanyaan, untuk diskusi dan praktek. Hal-hal yang sama juga ditemukan oleh peneliti-peneliti lain. 33

3. Video
Video adalah gambar yang dapat dilihat atau alat komunikasi yang dapat di dengar dan dilihat. Perangkat yang digunakan sebagai audio video

meliputi radio, televisi, telekomunikasi. Audio video sebagai bentuk komunikasi massa yang dikelola sebagai komunikasi agar tersebar luas sesuai dengar sasaran yang dituju, di kemas dalam bentuk berbagai komunikasi.
 Video system dalam penggunaanya sebagai peralatan pemain ulang (play back) dari suatu program (rekaman), terdiri dari minimal 1 buah video tape recorder (video cassette recorder) dan 1 buah monitor atau lebih. VTR mempunyai banyak jenis baik mengenai sistem Scan (penjajakan), ukuran pita yang dipergunakan maupun kemasan dari pita itu sendiri. Berbagai jenis VTR yang ada dipasaran dibuat berbagai tujuan penggunaanya, ada yang untuk keperluan Broadcast, untuk keperluan pengajaran/ pendidikan, keperluan industri dan keperluan rumah tangga (hiburan). tentunya hal tersebut menyangkut kualitas dan harga. Dengan sendirinya peralatannya yang didesain untuk keperluan broadcast atau studio mempunyai kualitas jauh lebih baik dan mempunyai harga lebih mahal dari peralatan yang dirancang untuk pemakaian dirumah (home us). Dari segi kemampuan dan fasilitas serta kemudahan operasi halnya juga akan berbeda sesuai dengan tujuan penggunaannya.34

3.    Film Bersuara
Film sebagai media audio visual adalah film yang bersuara. Slide atau filmstrip yang ditambah dengan suara bukan alat audio visual yang lengkap, karena suara dan rupa berada terpisah, oleh sebab itu slide atau filmstrip termasuk media audio visual saja atau media audio visual diam plus suara. Film yang dimaksudkan disini adalah film sebagai alat audio visual untuk pelajaran, penerangan atau penyuluhan.
Gambar hidup atau film bersuara memang wajar digunakan dikelas, oleh sebab bukan saja memberikan fakta-fakta, tetapi juga menjawab berbagai persoalan dan untuk mengerti tentang dirinya sendiri dan lingkungan. selain itu melalui gambar ini para siswa dapat memperoleh kecakapan, sikap dan pemahaman yang akan membantu mereka hidup dalam masyarakat. Dengan ini,  film tidak lagi dianggap hanya sebagai alat suplementer belaka, tetapi alat yang fundamentil, dipelajari secara ilmiah dan dinilai secara kritis. Dan karena itu banyak digunakan disekolah.35

Secara singkat apa yang telah dilihat pada sebuah film hendaknya dapat memberikan hasil yang nyata bagi audien. Dalam menilai baik tidaknya sebuah film, Oemar Hamalik mengemukakan bahwa film yang baik memiliki ciri-ciri dapat menarik minat siswa, benar dan autentik, up to date dalam setting, pakaian dan lingkungan, sesuai dengan tingkatan kematangan audien, perbendaharaan bahasa yang dipergunakan secara benar, kesatuan dan squence-nya cukup teratur dan teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.
5.  Komputer
Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan yang diperhitungkan sederhana dan rumit. Satu unit komputer terdiri atas empat kelompok komponen dasar, yaitu input (misal keyboard dan writingpad), prosesor (CPU: unit pemroses data yang diimput), penyimpanan data (memori yang menyimpan data yang akan diproses oleh CPU baik secara permanen (ROM) maupun untuk sementara (RAM), dan ouput (misal layar monitor, printer atau plotter).36 Komputer memiliki kemampuan untuk menggabungkan dan mengendalikan berbagai peralatan lainnya, seperti CD player, video tape, dan audio tape. Disamping itu, komputer dapat merekan, menganalisis dan memberi reaksi kepada respon yang di input oleh pemakai atau siswa.
Pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang dikenal sering dinamakan pengajaran dengan bantuan komputer (CAI) dikembangkan dalam beberapa format, antara lain drill and practice, tutorial, simulasi, permainan, dan discovery. komputer telah pula digunakan untuk mengadministrasi tes dan pengelolaan sekolah.

e.       Fungsi dan Manfaat  Media Audio Visual
Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang kongkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada dibalik realitas. Karena itu media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi.37
Namun perlu diingat bahwa peranan media tidak akan terlihat apabila penggunaannya tidak sejalan dengan esensi tujuan pengajaran yang telah dirumuskan . Karena itu, tujuan pengajaran harus dijadikan sebagai pangkal acuan untuk menggunakan media. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang. Penggunaan gambar dan foto hasil karyawisata adalah salah satu contoh pembelajaran dengan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahaf perkembangan dimulai dari berpikir kongkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana ke berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut, sebab melalui media pembelajaran hal-hal yang abstrak dapat dikongkretkan , dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
  Ada beberapa manfaat alat bantu audio visual dalam pengajaran, antara lain:
1. Membantu memberikan konsep pertama atau kesan yang benar.
2. Mendorong minat.
3. Meningkatkan pengertian yang lebih baik.
4. Melengkapi sumber belajar yang lain.
5. Menambah variasi metode mengajar.
6. Meningkatkan keingintahuan intelektual.
7. Cenderung mengurangi ucapan dan pengulangan kata yang tidak  perlu.
8. Membuat ingatan terhadap pelajaran lebih lama.38

    Telah diketahui bahwa media audio visual merupakan salah satu bentuk media pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu proses belajar mengajar. Bentuk media audio visual dapat diketahui dengan melihat ciri-ciri umumnya, yaitu dengan melibatkan dua indra sekaligus, indra penglihatan dan indra pendengaran yang merupakan gabungan dari media auditif dan media visual. Media audio visual merupakan media yang dirasa cukup efektif dan efisien apabila diterapkan dalam suatu pembelajaran. Kebanyakan seorang peserta didik akan lebih memahami suatu meteri yang sedang dipelajari tersebut dengan melibatkan penglihatan (visual) juga melibatkan pendengarannya (audio) sehingga materi yang disampaikan tersebut bisa dinyatakan seperti nyata.

f.  Tahapan Penggunaan Media Audio Visual
Alat-alat audio visual baru ada faedahnya kalau yang  menggunakannya telah mempunyai keahlian dan keterampilan yang lebih memedai dalam penggunaanya. Hal itu menimbulkan kepercayaan dirinya, oleh karena itu membuatnya sanggup menyampaikan pelajaran  penyuluhan atau penerangan dengan baik. Dia harus tahu bagaimana menyajikan pelajaran atau menyampaikan informasi dengan alat yang digunakannya. Adapun langka-langkahnya adalah:
a)      Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media audiovisual  sebagai  media  pembelajaran.
b)      Persiapan guru.  Pada fase  ini  guru  memilih  dan  menetapkan  media yang akan dipakai guna mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip pemilihan dan dasar pertimbangannya patut diperhatikan.
c) Persiapan kelas. Pada fase ini siswa atau kelas harus mempunyai persiapan sebelum mereka menerima pelajaran dengan menggunakan media ini.
d) Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media. Penyajianbahan pelajaran dengan memanfaatkan media pengajaran maka keahlian guru dituntut disini.
e) Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan memanfaatkan media pengajaran yang ada.
f)   Langkah  evaluasi    pengajaran.  Pada   langkah   ini   kegiatan   belajar dievaluasi,   sampai  sejauh   mana  tujuan  pengajaran   yang   dicapai, dapat dinilai sejauh  mana  pengaruh  media sebaga i alat  bantu  dapat   menunjang keberhasilan proses belajar siswa.39 
 Kesimpulan dari uraian di atas penggunaan media audio visual harus lebih dahulu dikuasai cara penggunaannya.
g.      Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual
Menurut Nana Sudjana (1991) dan Sudirman N, dkk (1991). Menyimpulakan tentang beberapa kelebihan-kelebihan media audio- visual, termasuk teks terprogam, adalah:
a. Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah merupakan hal lumrah, dan ini dapat menambah daya tarik, serta dapat mempelancar pemahaman informasi yang disajikan dalam dua format, verbal dan visual.
b. Khusus pada teks terprogram, siswa akan berpartisipasi atau berinteraksi dengan aktif karena harus memberi respon terhadap pertanyaan dan latihan yang disusun, siswa dapat segera mengetahui apakah jawabannya benar atau salah.
c. Menampilkan obyek yang selalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa kedalam kelas, misalnya: gunung, sungai, masjid, ka’bah. Obyek-obyek tersebut dapat ditampilkan melalui foto, gambar dan film.
d. Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.
Adapun kekurangan-kekurangan pada media audio visual ini adalah:
1)      Kecepatan   merekam   dan   pengaturan  trek  yang  bermacam-macam 
 menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda dengannya.
2)      Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
3)      Pengadaan film atau video umumnya  memerlukan  biaya  yang  mahal
dan waktu yang banyak.
4)  Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.40
Dari  uraian  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa   kelebihan  dari  media audio visual adalah memberikan pengalaman yang nyata  dan  menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada siswa, sedangkan kekurangannya memerlukan biaya yang sangat mahal.

3.                                3. .Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
a.    Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya digunakan istilah proses belajar-mengajar dan pengajaran.  Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager dalam Udin S. Winataputra pembelajaran adalah “serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Instruction is a set of events that affect learners in such a way that learning is facilitated. 41
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu rangkauian aktivitas (kegiatan) siswa dan guru dalam wujud interaksi dinamis yang didasarkan adanya hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk membelajarkan siswa sehingga terjadi perubahan perilaku yang positif dalam dirinya.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen kurikulum 1975 yang memuat Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran untuk pendidikan di sekolah dasar dan menengah
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhanaan dan adaptasi disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Menurut Somantri dalam Sapriya: “istilah penyederhanaan digunakan pada Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan harus sesuai dengan tingat kecerdasan dan minat peserta didik.”42 Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajatan terdapat dalam kurikulum sekolah mulai tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah (SMP/MTs dan SMA/MA/ SMK). “IPS pada kurikulum sekolah (satuan pendidikan), pada hakekatnya merupakan mata pelajaran wajib sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisem Pendidikan Nasional Pasal 37.” 43
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk tingkat sekolah sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi dengan humaniora dan ilmu pengetahuan alam yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis untuk kepentingan pembelajaran di sekolah.
Oleh karena itu Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berparti-sipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia baru diperkenalkan di tingkat sekolah pada awal tahun 1970-an kini semakin berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran tentang Social Studies di Negara-negara maju dan tingkat permasalahan sosial yang semakin kompleks. Social Studies mempunyai lima tradisi, yakni:
1)        Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai transmisi kewarga-negaraan (Social Stufdies as citizenship transmission)
2)        Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai ilmu-ilmu sosial (Social Studies as social sciences)
3)        Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai penelitian mendalam (Social Studies as reflective inquiry)
4)        Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social critism)
5)        Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pengembanangam pribadi individu (social studies as personal development of the individual)
Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya.

b.   Tujuan Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD/MI
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1)   Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehalam kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2)   Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3)   Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4)   Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional dan global.
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut Nurdin   Sumaatmadja adalah “membina anak didik menjadi warga Negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara.” 44
Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial berorientasi pada tingkah laku para siwa, yaitu:
1)   Pengetahuan dan pemahaman, salah satu fungsi pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyrakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
2)   Sikap hidup belajar, Ilmu Pengetahuan Sosial juga bertujuan mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep, baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
3)   Nilai-nilai sosial dan sikap. Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga nereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan nilai-nilai social yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang puka sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadap perkembangan nilai-nilai dan sikap anak.
4)   Keterampilan. Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti ilmiah, keterampilan mempelari data masyarakat , mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, merumuskan kesimpulan.

c.    Ruang lingkup dan Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial
Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1)     Manusia, tempat, dan lingkungan
2)     Waktu, tempat, dan lingkungan
3)     Sistem sosial dan budaya
4)     Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Sedangkan karakteristik pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Berikut ini adalah karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
Ada 5 macam sumber materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial  antara lain:
1)          Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan., sampai lingkungan yang luas negara dan berbagai permasalahannya.
2)          Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, trasportasi.
3)          Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antrofologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
4)          Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
5)          Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, dan keluarga.
Sedangkan strategi penyampaian pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/ tetangga, kota, region, Negara, dan dunia.
d.   Ragam Pendekatan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Ada beberapa pendekatan yang dikembangkan oleh Savage dan Amstrong dalam Sapriya, untuk mendorong siswa mengembangkan kemampuan berpikir dalam IPS adalah kemampuan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis (critical thinking), kemampuan memecah-kan masalah (problem solving), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making).
1)          Pendekatan Inkuiri (Inquiri Approach)
Pembelajaran inkuiri memperkenalkan konsep-konsep untuk para siswa secara induktif. Belajar dengan menggunakan pendekatan inkuiri yang mencakup proses berpikir pada hal-hal yang khusus kepada hal-hal yang bersifat umum dimulai dengan upaya guru memperkenalkan sejumlah konsep-konsep yang spesifik.
2)          Kecakapan Belajar Inkuiri
Pembelajaran inkuiri menerapkan metode ilmiah untuk masalah-masalah belajar dan umumnya digunakan dalam mata pelajaran pendidikan IPS di sekolah dasar. John Dewey, menyarankan langkah-langkah pembelajaran inkuiri dalam buku klasiknya How We Think yang diterbitkan tahun 1910 sebagai berikut: Menggambarkan indikator-indikator masalah atau situasi, memberikan kemungkinan jawaban atau penjelasan, mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diguna-kan untuk menguji kebenaran jawaban atau penjelasan, menguji kebenaran jawaban sesuai dengan bukti-bukti yang terkumpul, merumuskan kesimpulan yang didukung oleh bukti yang terbaik.
3)          Kecakapan Berpikir Kreatif (Creative Thinking)
Berpikir kreatif lebih mengutamakan pada pendekatan untuk memecahkan masalah yang membingungkan. Salah satu teknik berpikir kreatif adalah teknik branstrorming. Teknik ini pertama kali dikembangkan dalam dunia bisnis. Branstrorming dirancang untuk membantu orang-orang memecahkan masalah. Teknik ini diawali dengan penyajian sebanyak-banyaknya kemunginan jawaban atas pertanyaan tanpa menilai terlebih dahulu apakah jawaban itu tepat.
4)          Kecakapan Berpikir Kritis (Critical Thinking)
Tujuan berpikir kritis adalah untuk menguji suatu pendapat atau ide dengan melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan yang didukung oleh kriteria yang dapat dipertanggung-jawabkan. Berpikir kritis dapat mendorong siswa untuk mengeluarkan ide baru. Pembelajaran keterampilan berpikir kritis kadang-kadang dikaitkan dengan keterampilan berfikir kreatif.
5)          Keterampilan Memecahkan Masalah (Problem Solving)
Idealnya setiap masalah dapat dipecahkan dengan proses penyelesaian yang benar, tepat, dan baik sesuai dengan dukungan bukti yang tesedia. Proses pembelajaran dengan teknik problem solving mencakup langkah-langkah: mengenali masalah, mencari alternatif pendekatan, menerapkan pendekatan, dan mencapai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
6)          Proses Pengambilan Keputusan (Decision Making Process)
Banyak pertanyaan yang kita kemukakan sering dijawab kurang tepat. Jawaban-jawaban itu mungkin saja mengandung kebenaran. Masalahnya adalah bagaimana kita memilih jawaban-jawaban yang mengandung kebenaran itu. Untuk melakukannya kita harus melakukan seleksi berdasarkan pilihan yang tersedia, menilai bukti-bukti yang telah terkumpul, dan mempertimbangkan nilai-nilai pribadi yang dimiliki oleh para siswa. Proses berpikir seperti ini dikenal sebagai proses pengambilan keputusan.
B.     Hasil Penelitian yang Relevan
Nahayati pada tahun 2011 mengadakan penelitian dengan judul:
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Tentang Keragaman Suku Bangsa dan Budaya Melalui Pemanfaatan Media Audio Visual”  menyimpulkan bahwa pemanfaatan media audio visual  efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.
      Sri Wahyuni pada tahun 2008 membuat penelitian dengan judul “ Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn Pada Materi Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Melalui Media Audio Visual”. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa melalui penggunaan media audio visual pada materi Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Sementara itu Achmad Buchori pada tahun 2010 mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Melalui Pemanfaatan Media Audio Visual ”. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa pembelajaran PAI menggunakan media audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
C.    Hipotesis Tindakan
    Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian di atas, dapat dibuat hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Pemanfataan media audio visual dapat meningkatkan prestasi belajar IPS materi sumber daya alam pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Ukhuwwah Slipi Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2012/2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar